Selasa, 08 Maret 2011

Anak Jalanan Kota Makassar


Masalah anak jalanan, bukan sesuatu yang baru untuk dikaji. Semakin banyaknya para pengamen, dari balita sampai remaja bahkan tua, banyak juga kita jumpai diantara mereka yang menjadi tukang bersih-bersih kaca mobil. Hal ini mereka lakukan untuk memperjuangkan hidup, mereka seakan melupakan bahaya yang sangat mengancam keselamatan mereka. Semakin banyak kendaraan menjadikan peluang kecelakaan semakin meningkat, baik antar kendaraan maupun dengan pengguna jalan yang lain dalam hal ini yaitu anak jalanan.

Fenomena anak jalanan ini seakan sudah menjadi sahabat karib dari apa yang disebut kemiskinan. Banyaknya generasi bangsa yang tumpah menjadi anak jalanan sudah barang tentu inilah gambaran kemiskinan di Indonesia yang terintrepentasi dari wajah-wajah mereka para pengamen, glandangan, dan lain-lain.

Keberadaan mereka di jalanan seolah menjadi dilema, mereka dianggap menggangu kelancaran lalu lintas, serta menggangu keindahan tata kota namun sebenarnya kemiskinanlah yang menjadikan mereka melakukan hal itu. Suatu contoh tidak jarang ditemukan anak jalanan seusia pelajar Sekolah Dasar (SD), harus jadi pengamen, tukang bersih-bersih setelah pulang sekolah sampai malam hari tidak peduli panas, hujan serta bahaya mengancam mereka.

Minggu siang, selepas kuliah weekend di kampus, saya berniat untuk mencari tahu kehidupan anak jalanan di kota Makassar. Saya pun bergegas menuju seputaran Fly Over di Jl. A.P. Pettarani.

Namanya Abdul Rahman, seorang anak jalanan yang biasa menjual Koran lokal di sekitar lampu merah Fly Over Jl. A.P.Pettarani - Makassar. Ammank nama panggilannya, sudah sekitar 4 tahun dia berjualan koran dengan penghasilan bersih 10 ribu rupiah perharinya. Dia mulai berjualan koran pada pukul 10 pagi sampai pukul 2 siang.
Ammank memiliki cita-cita yang tinggi untuk menjadi seorang pengusaha namun apa daya dia terpaksa meninggalkan bangku sekolah dikarenakan faktor biaya. Dia sangat ingin melanjutkan pendidikannya yang tertinggal di bangku Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.

Ammank tidak ingin selamanya berjualan koran di jalanan, dia sangat ingin merubah nasibnya dan melanjutkan pendidikannya agar dia dapat memperoleh penghasilan yang layak dan secepatnya menikahi gadis pujaannya.

Anak jalanan adalah fenomena sosial yang hingga saat ini terus mencemaskan dunia. Meskipun anak jalanan ditemukan di beberapa negara maju, mereka lebih banyak berada di jalanan kota-kota negara berkembang, mulai dari Bombay, Dhaka, Lima, Meksiko hingga Jakarta. Secara global, diperkirakan ada sekitar 100 juta anak jalanan di seantero dunia. Sebagian besar anak jalanan adalah remaja berusia belasan tahun. Tetapi tidak sedikit yang berusia di bawah 10 tahun. Anak jalanan bertahan hidup dengan melakukan aktivitas di sector informal, seperti menyemir sepatu, menjual koran, mencuci kendaraan, menjadi pemulung barang-barang bekas. Sebagian lagi mengemis, mengamen, dan bahkan ada yang mencuri, mencopet atau terlibat perdagangan sex.

Fenomena seperti ini sebenarnya bisa dimanfaatnkan para pendonatur sebagai sarana untuk ladang pahala. Oleh karena itu bisa dimulai dari sekarang setelah membaca tulisan ini, mulai dari hal yang kecil.dan mulai dari diri sendiri mulai peka terhadap lingkungan sekitar. Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna atau bermanfaat bagi orang lain